Ahlan wa Sahlan, Saudaraku..

Assalamu'alaykum warahmatullah wabarakatuh..

Ini adalah blog resmi Kajian Wisata Ruhani Undip untuk mempermudah seluruh Jamaah Masjid Kampus Undip untuk berinteraksi baik tanya jawab tentang syariah dan kehidupan sehari-hari.
Dan juga disediakan seluruh file dan dokumentasi di setiap kajian, semoga dapat mengobati kerinduan terhadap Kajian Islam karena sibuknya aktifitas baik kuliah, kerja, maupun aktifitas lainnya..

Selanjutnya semoga ini bisa menjadi sarana terbaik kita bersama menjadi Muslim yang terbaik..

Wisata Ruhani
"Bersama Menuju Kebaikan"

06 January 2012

Kaum Intelektual Prestatif


gelar = prestatif ?
Seringkali sebagai mahasiswa kita salah kaprah dalam memaknai prestasi. Kita mengalami redefinisi prestasi sebagai sebuah nilai kebanggaan atas nilai keduniaan. Prestasi menjadi terbatas sebagai nilai IPK tinggi, harta yang banyak dan kehidupan mewah. Tidak dapat disalahkan memang, sebab ukuran keberhasilan seringkali atas perspektif duniawi. Tapi sebagai aktivis tarbiyah, kesalahan paradigma itu harus diluruskan untuk menciptakan momentum perubahan.  Kampus berpeluang besar mencerdaskan salah kaprah yang selalu terjadi. Tanpa menghilangkan makna diatas, kata prestasi harus diberikan nilai tambah bernama keimanan. Sebab dasar keimanan mampu membentuk moralitas dan menghasilkan  manusia cerdas.

Dalam dunia kampus, makna prestasi tidak hanya IPK tinggi. Perlu ada redefinisi bagaimana merumuskan penilaian mahasiswa berprestasi. Kita jangan terjebak penyempitan makna, sehingga terjebak pada generalisasi kata prestasi. Mahasiswa sebagai kaum intelektual jangan terjebak pada pragmantisme sempit. Ketika rutinitas akademik menjebak, persoalan lain tidak mampu tertuntaskan. Maka pengetahuan harus  sinergis dengan nilai religius. Penulis mencoba mengurai,tiga kebiasaan membentuk mahasiswa tarbiyah yang selalu segar dan energik.


Pertama membaca sebagai energi utama kehidupan mahasiswa. Kebiasaan membaca berfungsi membangun konstruksi berpikir mahasiswa. Semakin banyak membaca wawasan berpikir akan makin luas. Kita dapat menyaksikan bacaan seseorang dapat menentukan kualitas kehidupannya. Tak heran di negara maju seperti AS dan Jepang, membaca menjadi rutinitas harian. Mereka meluangkan dan mengisi waktu dengan membaca. Sebuah kebiasaan yang memantik kemampuan kognisi seorang manusia modern. Mahasiswa tarbiyah sejatinya harus membiasakan diri membaca. Kebiasaan ini dipupuk agar kompetensi dan daya saing meningkat. Sehingga dalam kehidupan kampus, aktivis tarbiyah tidak diremehkan sisi akademisnya. Jika ini mampu dilakukan tunas tarbiyah akan berkembang dan bercitra baik di mata civitas akademika.

Kedua, menulis sebagai ajang ekspresi kemampuan menuangkan kata. Masalah sebagian besar mahasiswa adalah mereka gagal menuangkan perkataan dalam bahasa tertulis. Kaum tarbiyah harus mampu merubah “nilai negatif” itu, kemudian menyulap menjadi sebuah nilai ilmiah. Menulis harus dibiasakan sebab cenderung bertahan lama dan mendifusi pemikiran ke publik. Jika seorang aktivis tarbiyah mampu menulis, katakanlah di sebuah media kampus. Dia mampu melawan opini negatif atas berbagai komentar miring terhadap aktivitas ke-Islaman kampus. Bahkan tak jarang, tulisan mereka mampu mengubah opini publik atas sebuah isu. Jika dikaitkan kehidupan akademis, menulis dapat merambah ranah ilmiah. Bukan tidak mungkin, kompetisi ilmiah mampu dimenangi aktivis tarbiyah. Dalam beberapa tahun belakangan itu sudah terjadi. Kaum tarbiyah mampu membuktikan dirinya berkualitas dengan memenangi kompetisi karya tulis ilmiah.

Ketiga diskusi sebagai ajang pertukaran, pencerdasan dan kematangan gagasan. Diskusi harus mulai digencarkan aktivis tarbiyah agar kegiatan pencerdasan publik berjalan baik. Kebiasaan berdiskusi akan mampu menghasilkan rumusan berpikir konstruktif dan solutif. Nalar dan kognisi mahasiswa semakin berkembang, sehingga rumusan pemikiran menghasilkan aksi nyata.  Kegiatan diskusi baik formal atau nonformal harus menghidupi ruang kelas, pojok taman bahkan bangku seminar. Aktivis tarbiyah harus mampu berargumentasi logis dan epistemologis. Pemikiran sistemik secara tidak langsung membantu pesona tarbiyah semakin eksis di kalangan mahasiswa.


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2011/12/17767/be-fresh-generation-with-tarbiyah/#ixzz1ighBMtbQ

0 komentar:

Post a Comment