Rasulullah SAW, Teladan Sepanjang Zaman
Sebelum
Rasulullah SAW lahir, jazirah Arab dikenal sebagai negeri tandus yang miskin
akan kemuliaan akhlak. Para penduduk pada saat itu memiliki kebiasaan
minum-minuman keras, judi, riba, deretan perbuatan syirik dan zina. Akibatnya,
nilai-nilai norma tak diindahkan, dan segala hak asasi manusia selalu
direndahkan. Akan tetapi, zaman jahiliyah tersebut mampu diubah oleh Rasulullah
SAW dengan proses transformation (baca:
tarbiyah) yang luar biasa.
Shalawat
serta salam semoga selalu tercurah kepada murobbi terbaik kita, Rasulullah SAW.
Beliaulah yang memberikan secercah cahaya pada zaman jahiliyah Arab menuju
zaman terang benderang dengan kekuatan iman. Yap. Resep perubahan perilaku yang
terjadi pada saat itu adalah kekuatan iman. Dengan bekal tersebut, Rasulullah
SAW mampu mengajak umatnya untuk kembali ke akidah yang lurus. Pada kesempatan
minggu ini (07/02/12), Ustad Anif Sirsaeba mengajak kita untuk berwisata ruhani
sejenak, me-refresh memori kita
tentang perjalanan beliau, serta mengikuti jejak-jejak sunah beliau yang
mungkin sering kita lupakan dalam kehidupan sehari-hari.
Apabila
kita ingin menjadi seorang pemimpin, maka ambilah teladan mulia dari pribadi
Rasulullah SAW. Atau pengin jadi “artis beken” dunia-akhirat? Maka, contohlah
segi-segi akhlak mulia dari Rasulullah SAW. Pengin juga jadi dokter yang full
manfaat bagi diri sendiri dan orang lain? Maka, tirulah pola hidup sehat dari
Rasulullah SAW melalui Ath Thibbun Nabawi. Dari Rasulullah SAW, kita juga bisa
belajar menjadi suami yang hebat, Ayah yang bijak dan figur pedagang yang amanah,
jujur dan cerdas.
Teladan
mulia dari pribadi Rasulullah SAW bukan hanya dijunjung tinggi oleh umat muslim
saja,loh. Michael H. Hart, seorang non-muslim yang secara jujur menempatkan
Rasulullah SAW sebagai orang yang paling berpengaruh dalam sejarah dunia. “Berasal-usul dari keluarga sederhana,
Muhammad SAW menegakkan dan menyebarkan salah satu agama terbesar di dunia,
agama Islam. Pada saat yang bersamaan tampil sebagai seorang pemimpin yang
tangguh, tulen, dan efektif. Kini tiga belas abad sesudah wafatnya, pengaruhnya
masih tetap kuat dan mendalam serta berakar.” Beliau menulis kesan tersebut
dalam buku yang berjudul “100 Tokoh yang Paling Berpengaruh di Dunia”. Orang
non-muslim saja sanggup meletakkan posisi Rasulullah SAW sebagai orang paling
berpengaruh dalam sejarah dunia. Bagaimana dengan idola utama kita? :D
Rasulullah
SAW lahir pada tahun gajah, 12 Rabiulawal 571 Masehi di kota metropolitan
Mekkah. Sejak lahir, Muhammad kecil telah ditinggalkan wafat oleh Ayahnya.
Silsilah keturunan kakek buyut beliau bernama Hasyim, kemudian kakeknya Abdul
Mutholib, dan sang Ayah, Abdullah. Rasulullah SAW bukan terlahir dari golongan bangsawan
kerajaan sehingga harus menjadi seorang pemimpin. Beliau terlahir sebagai
manusia biasa dan mendapatkan tarbiyah langsung dari Alloh SWT. Bayangkan saja,
sejak lahir beliau sudah berstatus menjadi seorang yatim. Ustad Anif berkata,”Siapapun yang dilahirkan tanpa ayah, maka
bersyukurlah karena kita berstatus sama dengan diri Rasulullah SAW. Dan, jika
masih memiliki orang tua yang lengkap, maka lebih bersyukurlah, karena di sini
titik pengabdian kita sebagai anak perlu dijaga.”
Rasulullah
SAW mulai diberikan penjagaan oleh Alloh sejak kecil. Bangsa Arab memiliki
kebiasaan untuk menyusui anak-anak mereka ke ibu persusuan yang terletak di
pedesaan. Mengapa dilakukan di pedesaan? Karena di sana terbebas dari
kontaminasi polusi, perkataan yang baik dan pergaulan yang jauh dari asusila. Pada
saat beliau lahir, beliau dipindahkan ke daerah pedesaan untuk menerima proses
pendidikan yang lebih baik. Tsuaibah Al Aslamiyah, hamba sahaya dari Abu Lahab,
berkesempatan untuk menyusui Rasulullah SAW untuk pertama kalinya. Kemudian
persusuan diganti oleh Halimah As-Sa’diyah. Sebelumnya, tidak ada satupun
wanita yang berkenan untuk menyusui Rasulullah SAW, kecuali Halimah. Mereka
menolak karena Rasulullah SAW berstatus yatim. Namun demikian, banyak mukjizat
dan karomah yang didapatkan oleh Halimah seusai menyusui Rasulullah SAW.
Ketulusan dan keikhlasan Halimah dalam mendidik dan menyempurnakan ASI
Rasulullah SAW selama dua tahun memang perlu dipancungi jempol. Dari sini, kita
bisa mengambil hikmah kesehatan di dalamnya. “Coba bayangi, deh, ketika masih kecil genetika manusia diberi oleh
genetika hewan yang berasal dari susu sapi, onta ataupun kambing. Bagaimana
bentuk pribadi dewasanya? Pasti tidak jauh dari perilaku kehewanan,” celoteh
ustad Anif menyegarkan suasana.
“Dan
Ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin
menyusui secara sempurna..[QS 2:233]”
Status
menjadi yatim-piatu terlengkapi saat ibunda tercinta Siti Aminah meninggalkan
beliau pada usia 6 tahun. Kemudian beliau diasuh oleh kakeknya dengan penuh
kecintaan dan proses pendewasaan yang matang. Beliau diajarkan untuk berani
mengirimkan surat ke masing-masing kerajaan di sekitar kabilah Quraisy. Maklum,
sang kakek adalah kepala suku Quraisy yang terkenal gagah berani. Pada saat
tentara Abraha menyerang, sang kakek mampu menguasai perlawanan dengan konsep
tawakal yang apik. Dari sini, Muhammad kecil sudah mendapatkan sirah yang baik
dari kakeknya. Beliau juga diajarkan untuk menggembalakan kambing untuk melatih
sifat kepemimpinan. Sifat Rasulullah; [SAFT] [S]idiq, [A]manah, [F]athonah],
[T]ablig merupakan rangkaian sifat yang diperoleh secara tidak instan,
melainkan melalui proses terus menerus diasah.
Pada
usia 12 tahun, kakek Rasulullah SAW meninggal dalam dekapan beliau.
Selanjutnya, beliau diasuh oleh paman tercinta, Abu Thalib. Pada usia belia
tersebut, beliau diajak untuk berdagang ke Syam, kawasan di Madinah dan
berhasil menjadi “Manajer Sukses” pada usia 25 tahun. Alhamdulillah, yah?
“Sesuatu” kecerdasan yang mampu dikuasai oleh Rasulullah SAW. Tak lebih ada
tujuh kecerdasan (fathonah) yang dimiliki oleh Al Amin ini;
1) Kecerdasan emosional
2) Kecerdasan spiritual
3) Kecerdasan intelektual
4) Kecerdasan finansial
5) Kecerdasan struktural (organisasi)
6) Kecerdasan kepemimpinan
7) Kecerdasan imaniyah (akidah)
Sebelum
diangkat menjadi Rasul, Muhammad muda (usia 21 tahun) telah mengikuti
perjanjian perdamaian antara suku Quraisy dengan suku lain yang telah berperang
selama tujuh tahun. Kemudian beliau menikah dengan bunda Siti Khadijah pada
usia 25 tahun berkat kepribadian beliau yang mengagumkan. Tak lepas dari itu,
pada usia 35 tahun beliau menyelesaikan kasus Hajar Aswad di pemuka Quraisy
dengan sikap yang bijak. Beliau mendapatkan gelar Al Amin (orang yang dapat
dipercaya) oleh masyarakat Quraisy.
Wahyu
pertama turun saat beliau berusia 40 tahun. Beliau diangkat menjadi Rasul yang
membawa perubahan besar dalam sejarah dunia. “Dan kau tahu, sobat, surat pertama yang turun adalah Al Iqra (Bacalah).
Makna membaca karena Rabb-mu, bukan karena hawa nafsu, ambisi, atau cita-cita
semu,” ungkap Ustad Anif. Sebelumnya, Rasulullah SAW-pun merasa tak sanggup
untuk membaca ayat Kariim tersebut. Kemudian beliau dibimbing oleh malaikat
Jibril dalam memahami bacaan Al Qur’an. Tak lama kemudian, turunlah surat
kedua, Al Mudadasir yang memberikan perintah peringatan kepada umatnya.
Berbagai cercaan, hinaan, dan tekanan beliau rasakan saat mulai berdakwah
secara terang-terangan di hadapan masyarakat Arab yang masih jahiliyah. Namun
berkat kecintaan beliau terhadap umatnya, kendala tersebut menjadi tak berarti.
Beliau selalu menggantikan air tuba dengan air susu, kasih sayang yang
sempurna.
Dalam
penghujung tausiyah, Ustad Anif menjelaskan tentang kebiasaan Rasul yang mulai
ditinggalkan oleh umatnya. Pada era dewasa ini, banyak usaha perdagangan yang
masih menggunakan sistem riba dan kurang mencermati nilai kehalalan di
dalamnya. Dalam berdagang, Rasulullah SAW selalu memperhatikan unsur kejujuran,
kebaikan, dan kehalalan barang yang didagangnya. Beliau tak pernah menjual
barang cacat atau meraup keuntungan
berlipat-lipat.
Dalam
pola hidup sehat, beliau selalu menjaga pola makan, “Makan sesudah lapar, berhenti sebelum kenyang.” Untuk mengurangi
kerja lambung, beliau sering mengunyah makanan sebanyak 33 kali. Beliau lebih
suka mengkonsumsi buah kurma, madu, serta sayuran ketimbang daging olahan. Tak
hanya itu, beliau juga menekankan makna ruhiyah dan jasmaniyah dalam beribadah.
Setiap gerakan wudhu, sholat dan puasa terselip kandungan hikmah kesehatan di
dalamnya. Beliau-pun mencontohkan dalam pola tidur yang baik, yakni bersuci
dahulu sebelum tidur, membaca doa, serta memperbanyak minum air putih. Kegiatan
begadang tak pernah dilakukan, beliau selalu istirahat awal untuk mendapatkan
ibadah sepertiga malam.
“Katakanlah,
‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Alloh, Ikutilah aku, niscaya Alloh Mengasihi
dan Mengampuni dosa-dosamu.’ Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Katakanlah, ‘Taatilah Alloh dan rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka
sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang-orang kafir.’ [QS 2: 31-32]”
Alam
semesta ikut bertasbih memuji asma-Nya. Gunung-gunung, langit-langit,
pohon-pohon, dan deretan makhluk hidup lain turut bersembahyang sesuai dengan
cara mereka masing-masing. Sungguh, alam semesta beserta penduduk bumi sangat
merindukan kehadiran Rasulullah sebagai teladan sepanjang zaman. Meski telah
tiada, para pemimpin bangsa bisa mencontohkan akhlak-akhlak kepemimpinan beliau
sehingga kesejahteraan bangsa terpelihara. Tak ada lagi kamus KKN, penindasan
hak asasi manusia, dan kesengsaraan rakyat jelata. Figur pemimpin seperti
Rasulullah SAW, Salman Al Farisi, Umar bin Abdul Aziz, dan deretan sahabat
Rasul lain, semoga bisa diteladani oleh pemuka pemimpin bangsa ini secara
komprehensif. Aamiin.
Artikel_Wisata Ruhani Undip
15-16 Rabiulawal 1433 H
“Siapa
yang cinta pada nabinya, pasti kan bahagia dalam hidupnya..”
[Rindu Muhammadku – Haddad Alwi Feat Ebiet and
Anti]