Ahlan wa Sahlan, Saudaraku..

Assalamu'alaykum warahmatullah wabarakatuh..

Ini adalah blog resmi Kajian Wisata Ruhani Undip untuk mempermudah seluruh Jamaah Masjid Kampus Undip untuk berinteraksi baik tanya jawab tentang syariah dan kehidupan sehari-hari.
Dan juga disediakan seluruh file dan dokumentasi di setiap kajian, semoga dapat mengobati kerinduan terhadap Kajian Islam karena sibuknya aktifitas baik kuliah, kerja, maupun aktifitas lainnya..

Selanjutnya semoga ini bisa menjadi sarana terbaik kita bersama menjadi Muslim yang terbaik..

Wisata Ruhani
"Bersama Menuju Kebaikan"

12 February 2012

Indahnya Majelis Ilmu



Dalam memahami sebuah ilmu, kadang tidak cukup jika mencari sumbernya dengan hanya membaca, browsing, atau mengkajinya secara individu. Supaya lebih komprehensif dan ilmu-ilmu yang diperoleh lebih berkembang, ada kalanya kita perlu berinteraksi dengan orang lain, orang yang lebih pandai menguasai bidang ilmu yang ingin kita kuasai. Hal ini tidak terlepas dari sifat manusia sebagai makhluk yang sosialis dan penuh rasa ingin tahu. Oleh karena itu, kita perlu sebuah majelis dalam rangka mengkaji ilmu dari referensi kitab-kitab suci, hadist dan hal yang lebih penting untuk kebutuhan hati agar tak kering, yakni ingatan memori kita terhadap kebesaran Ilahi (baca:dzikir).

Hadist riwayat Abu Hurairah r.a, dia berkata: Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Alloh malaikat-malaikat yang tugasnya berkeliling di jalan-jalan untuk mencari ahli dzikir. Kemudian apabila mereka menemukan kaum yang berdzikir kepada Alloh, maka mereka saling panggil memanggil: ‘Kemarilah menuju sasaran tugas kalian!’ Kemudian, lanjut beliau, mereka (para malaikat) itu melingkupi mereka dengan sayap-sayap mereka sampai ke langit terdekat.
Kemudian lanjut beliau, Tuhan bertanya kepada mereka- padahal, Dia lebih tahu daripada mereka: ‘Apa yang dibaca hamba-hambaku itu?’
‘Mereka membaca tasbih, takbir, tahmid, dan tamjid,’ jawab mereka
‘Apakah mereka pernah melihat-Ku?’ tanya Tuhan.
‘Tidak’ jawab malaikat, ‘Demi Alloh mereka tidak pernah melihat-Mu.’
Tuhan lantas bertanya, ‘Bagaimanakah seandainya mereka melihat-Ku?
Mereka menjawab, ‘Seandainya mereka melihat-Mu, niscaya lebih hebat tamjid dan tahmid mereka, serta lebih banyak tasbih yang mereka baca.’
Lalu Tuhan bertanya, ‘Apa yang mereka minta?’
‘Mereka minta surga,’ jawabnya.
‘Apakah mereka pernah melihatnya?’ tanya Tuhan.
‘Tidak,’ jawab mereka, ‘Demi Alloh, mereka tidak pernah melihatnya.’
Tuhan lantas bertanya, ‘Bagaimanakah seandainya mereka melihatnya?
Mereka menjawab, ‘Seandainya mereka melihatnya, niscaya mereka lebih kuat dalam mengharapkannya, lebih hebat dalam mencarinya, dan lebih besar keinginannya.’
Lalu Tuhan bertanya, ‘Apa yang ingin mereka hindari?’
‘Mereka ingin mengindari neraka,’ jawabnya.
‘Apakah mereka pernah melihatnya?’ tanya Tuhan.
‘Tidak,’ jawab mereka, ‘Demi Alloh, mereka tidak pernah melihatnya.’
Tuhan lantas bertanya, ‘Bagaimanakah seandainya mereka melihatnya?’
Mereka menjawab, ‘Seandainya mereka melihatnya, niscaya mereka lebih kuat dalam menghindarinya dan lebih besar ketakutannya.’
Kemudian, lanjut beliau, Tuhan berfirman, ‘Aku persaksikan kepada kalian, bahwa sesungguhnya Aku telah mengampuni mereka.
Lalu lanjut beliau, ada salah seorang malaikat yang berkata, ‘Di antara mereka ada si fulan yang bukan bagian dari mereka. Sesungguhnya dia datang hanya untuk sebuah keperluan’
Tuhan berfirman, ‘Mereka adalah teman-teman duduk yang tidak menyebabkan teman duduk mereka celaka. [HR Al Bukhari, no.6408]

Keutamaan majelis menurut Ust. Solikhin Abu ‘Izzuddin adalah sebuah majelis yang menjadi pengingat bagi yang lupa, penyemangat bagi yang loyo, perekat ukhuwah bagi yang berseketa, penyelamat bagi yang tersesat, dan tempat istirahat yang nikmat bagi pemikul beban berat. Dari sini, kita juga mendapatkan sakinah (ketenangan) dan rohmat Alloh SWT dalam setiap kesempatan. Adapun kenikmatan lain adalah dipuji Alloh di hadapan para malaikat saat kita menghadiri majelis ilmu.

Majelis yang didasarkan pada etika dan ilmu yang baik akan melahirkan buah manis bagi seorang muslim. Adapun etika/ adab majelis yang perlu diperhatikan antara lain:
  1. Mengucapkan salam kepada orang yang hadir di majelis sewaktu datang dan pergi. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “Jika salah seorang di antara kamu sampai pada sebuah forum, maka hendaklah ia mengucapkan salam. Lalu jika ia berhasrat untuk duduk, maka hendaknya ia duduk. Kemudian jika hendak bangkit (meninggalkannya) maka hendaklah ia mengucapkan salam. Sebab yang pertama tidak lebih berhak daripada yang terakhir.” [HR Tirmidzi, no.2706-Hasan]
  2. Datang tepat waktu alias bersegera datang agar tidak ketinggalan ilmu yang disampaikan. Kalau kata Pak JK, ‘Lebih cepat lebih baik.’ Hehehehe...
  3. Duduk dengan tenang, tidak main-main, iseng atau bersenda gurau. Jangan duduk di tengah lingkaran majelis. Dalam sebuah hadist riwayat Abu Dawud, “Rasulullah SAW melaknat orang yang duduk di tengah-tengah lingkaran (pertemuan).”

  1. Berbagi tempat duduk di dalam majelis, diterangkan dengan jelas dalam QS 58:11
Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan padamu, ‘Berilah kelapangan didalam majelis-majelis’, maka lapangkanlah, niscaya Alloh SWT akan memberikan kelapangan kepadamu. Dan apabila dikatakan, ‘Berdiri kamu,’ maka berdirilah, niscaya Alloh akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Alloh Maha Teliti apa yang kamu kerjakan.”
Asbabun nuzul ayat tersebut:
Muqatil memaparkan ayat QS 58:11 diturunkan pada hari Jum’at dan ditujukan kepada para sahabat yang ikut Perang Badar. Mereka kembali dan datang ke majelis Rasulullah SAW sehingga tempat itu menjadi sempit. Akibatnya, banyak sahabat yang terpaksa harus berdiri. Rasul kemudian menyuruh beberapa orang untuk berdiri dan mempersilakan para sahabat yang kembali dari Perang badar itu untuk duduk. Kenyataan ini menimbulkan rasa tidak senang dalam hati para sahabat yang disuruh berdiri [HR Ibnu Abi Hatim].

  1. Tidak boleh menempati tempat yang tadinya diduduki oleh seseorang tanpa ridhanya, apabila orang yang duduk pertama akan kembali ke tempat semula.
  2. Ikhlas dan sabar dalam menerima sebuah ilmu serta terlihat bersemangat dan bersungguh-sungguh.
  3. Berbicaralah secara teratur dan sopan tanpa memotong pembicaraan orang lain. Selain itu, larangan berbisik berdua tanpa menyertakan orang ketiga. “Janganlah merahasiakan sesuatu berdua tanpa (melibatkan) orang ketiga [HR Ahmad, No.4650].
  4. Saling menghormati pendapat orang lain seperti Nabi yang menerima pendapat strategi tempat jihad di Badar atau strategi perang Khandaq.
  5. Mencatat point-point penting yang diperoleh dalam majelis. Kalo kata Ust. Hasan Al Banna, “Ikatlah ilmu itu dengan tulisan.”

  1. Alasan bertanya yang sopan; bertanya karena ketidaktahuan, bertanya tentang dalil/ landasan sebuah ilmu, bertanya bukan karena ingin menguji/ melecehkan pembicara. Namun diperbolehkan jika bertanya untuk mengajar yang lain. Apabila di dalam majelis ilmu terdapat masalah penting dan tidak ada seorang pun yang bertanya tentang masalah itu, maka diperbolehkan bertanya tentang hal tersebut meskipun dia sudah mengetahuinya agar peserta yang hadir dapat mengambil manfaat ilmu yang banyak. Hal ini dicontohkan oleh malaikat Jibril yang bertanya kepada Nabi, “Akhbirnii ‘anil Islaam (beritahukan aku tentang islam..)” [hadist Arba’in no.2]

  1. Apabila ingin meninggalkan majelis, maka harus mendapatkan izin dari pimpinan majelis, QS 24: 62
(yang disebut orang mukmin hanyalah orang yang beriman kepada Alloh dan Rasul-Nya (Rasulullah SAW) dan apabila mereka berada bersama-sama dengan dia (Rasulullah SAW) dalam suatu urusan bersama, mereka tidak meninggalkan (Rasulullah SAW) sebelum minta izin kepadanya. Sungguh orang-orang yang meminta izin kepadamu, mereka itulah orang-orang yang (benar-benar) beriman kepada Alloh dan Rasul-Nya. Maka apabila mereka meminta izin kepadamu karena suatu keperluan, berilah izin kepada siapa yang engkau kehendaki di antara mereka, dan mohonkanlah ampunan kepada mereka kepada Alloh SWT. Sesungguhnya Alloh Maha Pengampun lagi maha Penyayang.
Asbabun ayat tersebut:
Urwah bin Muhammad bin Ka’ab al Qurazhi meriwayatkan bahwa dalam perang Ahzab, kaum Quraisy yang dipimpin oleh Abu Sufyan, berusaha untuk memasuki Madinah dari rumah, nama sebuah sumur terkenal di Madinah. Sementara di sisi lain suku Ghathafan juga mendekati Madinah dari arah Na’ma, dekat gunung Uhud. Ketika mendengar kabar ini, Rasulullah SAW beserta kaum muslim langsung menggali parit untuk membentengi Madinah. Saat itulah kaum munafik tidak bersungguh-sungguh dalam berkerja. Mereka sering pulang ke rumah mereka tanpa izin kepada Rasulullah SAW. Padahal, jika kaum muslim hendak pergi atau melakukan sesuatu mereka memberitahu dan meminta izin terlebih dahulu kepada Rasulullah SAW. Lalu mereka segera berkerja menggali parit lagi. Oleh karena itu, turunlah ayat ini [HR Ibnu Ishaq dan Baihaqi].

  1. Mengucapkan istigfar dan doa penutup majelis untuk menjaga kesucian hati, dan kebersihan majelis.
Subhaanakallahumma wa bihamdika asyhadu alla ilaaha illaa anta astagfiruka wa atuubu ilaik...”

Indahnya majelis terasa karena beratus-ratus malaikat menyertai kita, mengusap iman kita agar lebih bertambah, menyejukkan dan menenangkan jiwa yang sedang galau/ gelisah. Semoga kita tergolong orang-orang yang haus akan ilmu dan rindu terhadap majelis saat kapanpun dan di manapun kita berada.

Artikel_Wisata Ruhani
Referensi: Al Qur’an dan Al Hadist
               Fuad Abdul Aziz Asy-Syalhub. 2009. Etika dalam Majelis. Surabaya: Elba.
                Solikhin Abu ‘Izzuddin. 2009. New Quantum Tarbiyah. Yogyakarta: Prou-Media.
               Inspirasi pagi 120212