Kaifa haluk, sobat Wisata Ruhani? Semoga senantiasa dalam nikmat
Iman, Islam, Ihsan, serta nikmat sehat, dan semangat selalu, yah.
Alhamdulillah, kita memasuki bulan mulia di tahun baru 1434 Hijriyah ini. Sebuah
bulan yang mulia karena memiliki keutamaan di dalamnya.
Shaum of the Sheep ^^ [sumber] |
Allah SWT berfirman dalam QS At Taubah: 36,
“Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam
ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya empat
bulan haram…” (QS. At-Taubah: 36). Adapun bulan-bulan yang telah Allah tetapkan
sebagai bulan haram (bulan yang dimuliakan, ed) adalah bulan Rajab, Dzulqa’dah,
Dzulhijjah dan Muharram.
Kata Muharram artinya ‘dilarang’.
Sebelum datangnya ajaran Islam, bulan Muharram sudah dikenal sebagai bulan suci
dan dimuliakan oleh masyarakat Jahiliyah. Pada bulan ini dilarang untuk
melakukan hal-hal seperti peperangan dan bentuk persengketaan lainnya. Kemudian
ketika Islam datang, bulan haram ditetapkan dan dipertahankan sementara tradisi
jahiliyah yang lain dihapuskan termasuk kesepakatan tidak berperang.
Keutamaan Hari Asyura
Hari Asyura
merupakan hari kesepuluh Muharram dan kaum Muslimin disunahkan untuk lebih
mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan berpuasa. Ceritanya, pada permulaan
hijrah ke Madinah Rasulullah SAW melihat kaum Yahudi melaksanakan puasa tanggal
10 Muharram. Rasulullah SAW bertanya, "Puasa apa ini?"
Para sahabat
menjawab, "Ini adalah puasanya Nabi Shaleh AS, juga puasa pada hari di
mana Allah SWT menyelamatkan Bani Israil dari musuh mereka sehingga Nabi Musa
berpuasa." Rasulullah
SAW bersabda, "Aku lebih berhak atas Musa daripada mereka (kaum Yahudi),
sehingga Rasulullah SAW berpuasa dan menyuruh (kaum Muslimin) berpuasa."
(HR. Bukhari).
Secara ringkas,
beberapa peristiwa istimewa pada hari Asyura antara lain:
1. Diselamatkannya Nabi Nuh AS beserta kaumnya dari banjir
bandang yang terjadi pada zamannya.
2. Diselamatkannya Nabi
Yunus AS dari perut ikan paus yang memangsanya.
3. Diselamatkannya Nabi
Musa dan bani Israil dari Fir’aun.
Rasulullah SAW sendiri telah melaksanakan puasa
Asyura bersama kaum Muslimin di Makkah sebelum datangnya kewajiban puasa
Ramadhan. Selain kaum muslim,
kaum Yahudi dan jahiliyah di Makkah juga memiliki tradisi puasa Asyura,
sehingga puasa Asyura cukup masyhur bagi mereka. Namun,
setelah Allah SWT mewajibkan puasa Ramadhan, Rasulullah SAW bersabda,
"Sungguh, Asyura adalah hari di antara hari-hari Allah SWT. Barangsiapa
yang berkehendak maka ia dapat melakukan puasa atau meninggalkannya (tidak
melakukannya)." (HR. Muslim).
Syariat Puasa Tasu’a dan Asyura
Syariat puasa Asyura kendati boleh dilakukan
secara mandiri hanya satu hari tanggal 10 Muharram, namun Jumhur Ulama
berpandangan mengenai kesempurnaan puasa tersebut bila digabung dengan puasa
Tasu'a (tanggal 9 Muharram). Hal
tersebut karena pada saat Rasulullah bersama sahabat berpuasa Asyura, sebagian
sahabat menyatakan hari itu adalah hari yang diagungkan oleh kaum Yahudi dan
Nasrani, Rasulullah SAW bersabda, "Insya Allah, pada tahun mendatang kita
akan berpuasa yang dimulai dari hari kesembilan Muharram (Tasu'a)."
Namun, sebelum bulan Muharram tahun depan tiba Rasulullah SAW telah wafat, sehingga menurut para ulama, hikmah disunahkannya puasa Tasu'a dengan Asyura adalah untuk membedakan puasa kaum Muslimin dan Kaum Yahudi.
Namun, sebelum bulan Muharram tahun depan tiba Rasulullah SAW telah wafat, sehingga menurut para ulama, hikmah disunahkannya puasa Tasu'a dengan Asyura adalah untuk membedakan puasa kaum Muslimin dan Kaum Yahudi.
Keutamaan Puasa Tasu’a dan Asyura
Sejak saat itu, para sahabat dan salafus shaleh
mentradisikan puasa Tasu'a dan Asyura yang dilatarbelakangi oleh berbagai
keutamaan sebagaimana tersebut di dalam hadis berikut:
1.
“Puasa yang paling utama setelah (puasa)
Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah (Muharram). Sementara shalat yang paling
utama setelah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim)
2.
Ibnu Abbas RA
berkata, “Aku tidak melihat Rasulullah SAW berniat puasa dan mengharapkan
keutamaan pahala yang utama kecuali pada hari ini, yaitu hari Asyura dan bulan
ini (Ramadhan)." (HR. Bukhari).
3.
Dalam riwayat lain,
Rasulullah SAW bersabda, "Puasa tiga hari pada setiap bulan dan Ramadan ke
Ramadhan adalah puasa satu tahun penuh, puasa Arafah menghapus dosa tahun lalu
dan tahun yang akan datang, sedangkan puasa Asyura menghapuskan dosa tahun
lalu." (HR. Muslim).
4.
Adapun kebisaan kaum
Muslimin menyantuni anak yatim dan fakir miskin maupun keluarga di bulan
Muharram, didasarkan pada hadis Rasulullah SAW, "Barangsiapa meluaskan
(perkara) bagi keluarganya pada hari Asyura, maka Allah SWT akan meluaskan
(perkara) baginya sepanjang tahun." (HR. Baihaqi).
Demikianlah
keutamaan hari Asyura, semoga Allah SWT memberikan kemudahan bagi kita dalam
memperbanyak kebajikan dan berpuasa Tasu'a (9 Muharram) dan Asyura (10
Muharram) sebagai bentuk kecintaan kita dalam melestarikan sunah Rasulullah SAW.
*Diolah dari berbagai sumber
0 komentar:
Post a Comment